Perjalanan kapal Spirit of Majapahit yang sedang melakukan ekspedisi sejak 1 Mei 2016 lalu, akhirnya singgah di Kaohsiung, Taiwan, Senin (06/6/2016). Kedatangan kapal tersebut menjadi penanda bahwa Indonesia adalah negara maritim dan serius mempersiapkan menjadi poros maritim dunia.
Kedatangan kapal yang berlabuh di pelabuhan Kaohsiung sekitar pukul 10.00 waktu setempat itu, disambut sejumlah negarawan dan pejabat dari negara kepulauan tersebut. Salah satunya, adalah Direktur Pariwisata dan Transportasi Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia untuk Taiwan (IETO) Agung Sepande.
Dia mengatakan, kedatangan kapal tesebut menegaskan bahwa Indonesia tidak main-main dalam menyiapkan diri menjadi poros maritim dunia. Tidak hanya itu, dari kapal tersebut, Indonesia ingin mengingatkan kepada semua negara, bahwa di masa lalu Indonesia sangat berjaya di dunia maritim.
“Ini menunjukkan kepada dunia atas kebesaran Nusantara di masa lalu,” ucap dia.
Sebelum tiba di Taiwan, kapal Spirit of Majapahit melakukan perjalanan dari Jakarta dan berhenti di Brunei Darussalam dan kemudian Filipina. Sebelum singgah di Brunei, kapal menyempatkan diri singgah di Pontianak, ibu kota Provinsi Kalimantan Barat.
Dari Taiwan, kapal kemudian akan melanjutkan perjalanan ke Jepang. Namun, menurut Agung, kapal baru akan berangkat ada 8 Juni mendatang. Selama proses menunggu tersebut, kapal akan terbuka untuk masyarakat umum yang ada di Taiwan.
“Perjalanan ke Jepang menjadi perjalanan terakhir kapal dalam ekspedisi ini. Dan ini menjadi napak tilas sejarah kejayaan pelaut Indonesia pada abad ke-13 yang berhasil berlayar hingga ke Jepang,” tutur dia.
Ekspedisi Spirit of Majapahit sendiri diinisiasi oleh Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya. Menteri Rizal Ramli langsung melepas kapal tersebut pada 1 Mei lalu di Pantai Marina, Ancol, Jakarta Utara. Rizal mengatakan, ekspedisi digelar untuk mengingatkan kejayaan di masa lalu hingga ke Jepang.
“Hanya sayang, kejayaan tersebut tidak bertahan lama karena Hayam Wuruk (Raja Majapahit) wafat. Itulah yang menjadi dasar adanya ekspedisi ini,” sebut dia.
Setelah bersandar di Pontianak, Kalimantan Barat sebagai tempat persinggahan pertama pada 14-17 Mei 2016, rute selanjutnya Brunei Darussalam merupakan tempat persinggahan ke dua dalam ekspedisi ini. Kemudian, ekspedisi selanjutnya kapal melewati persinggahan ke tiga yaitu Manila-Filipina.
Setelah itu, persinggahan ke empat Taiwan dan akan menuju Jepang melalui Okinawa serta bersandar di pelabuhan akhir di Tokyo yang diperkirakan berlangsung pada akhir Juni 2016. Rizal mengatakan, Ekspedisi ini diharapkan mampu memotivasi generasi muda untuk kembali mencintai laut, sehingga akan mempercepat semangat nawacita mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Profil Kapal
Ekspedisi Spirit of Majapahit menggunakan kapal yang dinakhodai Muhammad Amin Azis. Kapal tersebut dibantu kru kapal, antara lain Sugiyono, Syahrir, Andi Irham, Wahab, Andi Rahman, Muhammad Affan Afif Ismunandar, Najib Hasanul Arifin, dan Sumitro.
Rizal Ramli menjelaskan, kapal yang digunakan tersebut merupakan replika dari kapal yang digunakan di masa lalu saat Majapahit melakukan ekspedisi hingga ke Jepang di abad 13. Secara fisik, ukuran kapal yang materialnya terbuat dari kayu itu memiliki panjang 20 meter dan lebar 4,5 meter.
“Sebelum tiba di Taiwan, tim ekspedisi Spirit of Majapahit telah tiba di di Brunei Darussalam pada tanggal 22 Mei 2016,” tandas dia.
Sebagai ekspedisi nostalgia, perjalanan ekspedisi Spirit of Majapahit ini banyak menghadirkan kesan mendalam. Salah satunya, adalah Najib Hasanul Arifin, seorang mahasiswa yang terpilih ikut dalam ekspedisi.
“Selama perjalanan dari Manila menuju Taiwan, ada pengalaman unik. Selama perjalanan ombak cukup tinggi sekitar 2-3 meter selama 3,5 hari. Ada kejadian ‘unik’ waktu kami mau masuk Luzon Strait, di situ banyak persimpangan kapal dari berbagai negara,engine sempat dimatikan beberapa saat untuk menunggu giliran lewat,” ucapa dia mengingat kejadian tersebut.
“Tiba-tiba ada beberapa merpati yang singgah di kapal yang di kedua kakinya ada gelang besi bernomor, bahkan ada salah satu burung ikut ke Taiwan hingga berlabuh di pelabuhan Kaohsiung baru terbang pergi,” tambah dia.
Rizal Ramli mengatakan, ekspedisi Spirit of Majapahit ini diharapkan menjadi salah satu sarana untuk terus mempererat hubungan kebudayaan dengan negara-negara yang disinggahi. Kemudian, ekspedisi ini diharapkan dapat mengirimkan simbol dan pesan bahwa Pemerintah Indonesia ingin rakyatnya kembali mencintai laut.
“Sudah terlalu lama kita memunggungi laut, kita lupa bahwa negara kita merupakan negara yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia dan sejak abad ke-13, negara kita merupakan negara maritim yang paling berpengaruh,” pungkas dia.