Penduduk Subang pada umumnya adalah Suku Sunda, yang menggunakan Bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari. Namun di pesisir Utara penduduknya menggunakan Bahasa Jawa Dialek Cirebon (Dermayon).
Asal Usul nama Subang
Berdasarkan pada ceritera rakyat yang berkembang di tengah masyarakat, kata Subang berasal dari nama seorang wanita dalam Babad Siliwangi, yakni Subanglarang atau Subangkarancang. kisah yang terdapat dalam Babad Pajajaran. Di kisahkan bahwa di daerah Karawang terdapat sebuah pesantren yang diasuh oleh Syeh Datuk Quro, pada waktu itu salah satu santri perempuan yang belajar di pesantren tersebut bernama Subanglarang atau Subangkarancang, yang merupakan putri dari Ki Jamajan Jati. Dengan berjalannya waktu putri Subanglarang dipersunting oleh Raden Pamanahrasa yang bergelar Prabu Siliwangi sebagai raja Pajajaran, dari hasil perkawinan tersebut lahir dua orang anak yang diberi nama Raden Walangsungsang dan Ratu Rarasantang.
Sisingaan Kesenian Kabupaten Subang
Versi lain dari ceritera rakyat mengatakan bahwa kata Subang berasal dari kata Suweng. Suweng merupakan istilah untuk menyebut perhiasan yang dipakai wanita di daun telinganya, atau biasa disebut juga dengan kata anting. Sementara itu ada yang berpendapat bahwa kata Subang berasal dari kata Kubang, berdasarkan pada ceritera rakyat dikisahkan bahwa di daerah Subang tepatnya di daerah Rawabadak terdapat kubangan atau rawa tempat mandi badak. Kemungkinan adanya hewan badak di daerah Subang secara ilmiah belum ada bukti yang ditemukan, namun di masa Subang purba hal tersebut mungkin saja terjadi.
Kabupaten Subang secara geografis terletak di bagian utara dari Propinsi Jawa Barat yaitu Kabupaten Subang berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, dengan Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Sumedang di sebelah timur, dengan Kabupaten Bandung di sebelah selatan, dengan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang di sebelah barat. Sementara itu luas wilayah Kabupaten Subang adalah 1.888,79 kilometer persegi. Wilayah Subang 4,64% dari luas Propinsi Jawa Barat, yang bisa dipilah menjadi tiga bagian atau tiga kategori.
Daerah pantai di bagian utara meliputi Kecamatan Pamanukan, Kecamatan Pusakanagara Kecamatan Ciasem, Kecamatan Blanakan dan Kecamatan Legonkulon.
Daerah dataran di bagian tengah meliputi wilayah Kecamatan Subang, Kecamatan Kalijati, Kecamatan Cikaum, Kecamatan Cipeundeuy, Kecamatan Purwadadi, Kecamatan Pabuaran, Kecamatan Pagaden, Kecamatan Pagaden Barat, Kecamatan Cipunagara, Kecamatan Compreng, Kecamatan Binong dan Kecamatan Cibogo.
Daerah dataran tinggi atau pegunungan di bagian selatan meliputi wilayah Kecamatan Cijambe, Kecamatan Jalancagak, Kecamatan Sagalaherang, Kecamatan Cisalak dan Kecamatan Tanjungsiang.
Secara umum daerah Kabupaten Subang memiliki iklim tropis Iklim seperti ini dengan ditunjang adanya lahan yang subur dan banyaknya aliran sungai, menjadikan sebagian besar daerah Subang bertumpu pada sektor agraris atau pertanian. Bahkan menurut kabar Kelompok agribisnis China-Malaysia dan perusahaan Pribumi tengah berupaya membangun lahan persawahan dan proyek pengolahan terpadu pada November mendatang di Indonesia tepatnya di Kabupaten Subang. Perusahaan China ini berharap bisa memasuki pasar berkembang di tanah air sekaligus memenuhi pasokan beras domestik. Tapi masih pro dan kontra.
Kalau kesenian Kabupaten Subang yaitu Kesenian Sisingaan adalah jenis kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Subang, kesenian ini mempunyai ciri khas atau identitas sepasang patung sisingaan atau binatang yang menyerupai singa.
Sisingaan Subang mulai muncul pada saat kaum penjajah menguasai Subang, yakni pada masa pemerintahan Belanda tahun 1812. Subang pada saat itu dikenal dengan Doble Bestuur, dan dijadikan kawasan perkebunan di bawah perusahaan P & T Lands (Pamanoekan en Tjiasemlanden). Pada saat Subang di bawah kekuasaan Belanda, masyarakat setempat mulai diperkenalkan dengan lambang negara Belanda yakni crown atau mahkota kerajaan. Dalam waktu yang bersamaan daerah Subang juga di bawah kekuasaan Inggris, yang memperkenalkan lambang negaranya yakni singa. Sehingga secara administratif daerah Subang terbagi dalam dua bagian, yakni secara politis dikuasai oleh Belanda dan secara ekonomi dikuasai oleh Inggris. Dan masih ada lagi kesenian – kesenian masyarakat Subang yaitu Gembyung, Mapag Dewi Sri, Nadran, Ruwatan Bumi, Toleat
Sumber: id. wikipedia.org, www.subang.go.id www.mangyono.com