Palembang
Fenomena alam langka gerhana matahari total (GMT) yang terjadi di Palembang menyedot perhatin warga setempat dan turis lokal serta mancanegara. Namun, proses terjadinya gerhana matahari di Palembang sempat tertutup awan gelap.
Sejak Rabu (9/3/2016) subuh, Jembatan Ampera sudah dipadati ribuan pengunjung yang akan menikmati proses tertutupnya matahari oleh bulan. Saat gerhana matahari dimulai sekitar pukul 06.20 WIB, tampak awan hitam menutupi posisi matahari. Awal proses GMT pun tak terlihat dengan jelas.
Sekitar pukul 06.39 WIB hingga 06.41 WIB, bergesernya bulan menutupi matahari bisa dilihat dengan mata telanjang, karena awan hitam sudah menipis.
Namun, hal itu hanya berlangsung selama 2 menit saja. Lalu, awan hitam kembali menutupi proses gerhana matahari. Barulah sekitar pukul 07.07 WIB hingga 07.08 WIB, awan kembali membuka dan terlihat proses gerhana matahari total terjadi.
Lagi-lagi awan hitam kembali menutupi fenomena alam ini dan saat gerhana bulan penuh, hanya terlihat perubahan dari terang ke gelap tanpa bisa dilihat secara keseluruhan bentuk gerhana bulan penuh.
Teriakan syukur langsung berkumandang di atas Jembatan Ampera. Kegelapan Gerhana Bulan penuh selama 1 menit 20 detik pun bisa dirasakan secara langsung di atas jembatan berwarna merah itu. Proses Giant Diamond Ring diawal terbukanya gerhana bulan juga tidak terlihat.
Barulah sekitar pukul 07.40 WIB hingga 07.41 WIB, para pengunjung Jembatan Ampera bisa melihat matahari berbentuk bulan sabit, karena proses menghilangnya gerhana matahari. Dilanjutkan pada pukul 08.07 WIB-08.09 WIB dan 08.12 WIB-08.14 WIB terlihat jelas proses timbul kembalinya matahari penuh. Lalu matahari tertutup awan dan turun rintik gerimis di atas Jembatan Ampera.
Palu
Gerhana matahari total terjadi di Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (9/3/2016) pagi. Langit Palu pun meredup selama 2 menit 15 detik.
Pantauan , tepat pukul 8.40 Wita suasana di Pantai Talisa, Palu seperti saat sore hari menjelang malam. Warga histeris ketika bulan mulai menutup sebagian matahari.
Saat matahari tertutup total oleh bulan, para warga yang menyaksikan bertepuk tangan, berfoto selfie, hingga berdoa. Setelah 2 menit 15 detik langit Palu meredup, matahari mulai menampakan diri.
Keriuhan pun kembali terjadi saat matahari muncul. Selang beberapa detik lagu 'Terlalu Manis' langsung didendangkan grup band Slank.
Warga yang menyaksikan gerhana matahari total di Anjungan Nusantara, Pantai Talise pun langsung berlari mendekat ke panggung Slank.
1.000 Lampion
Untuk memeriahkan nonton bersama fenomena gerhana matahari total, Persatuan Gate Ball Seluruh Indonesia (Pergatsi) membagikan lampoin kepada masyarakat di Pantai Talise, Palu, Sulawesi Tengah. Salah seorang panitia menyebutkan jumlah lampion yang dibagi sebanyak 1.000 dan dibagikan secara gratis.
Lampion terbuat dari kertas kalkir dengan bagian bawah direkatkan dengan papan kecil berisi sumbu. Begitu api di sumbu dinyalakan, lampion mengembang dan menghiasi langit Pantai Talise.
Gerhana matahari dimulai pada pukul 07.29 Wita. Masyarakat pun memandang ke langit menggunakan kacamata khusus dengan optical density 5.
Meski demikian, ada pula beberapa masyarakat yang menggunakan kacamata hitam biasa melihat ke atas. Namun, mereka yang tidak memakai kacamata khusus pun hanya sebentar saja memandang langit karena masih terlalu silau.
GMT pertama terjadi pada 1983 di era Presiden Soeharto. Saat itu, pemerintah melarang warga untuk melihat fenomena alam ini. Diperkirakan fenomena serupa akan terulang pada 2042 mendatang.
Ternate
Gerhana Matahari Total terjadi di Ternate tepat pukul 09.51 WIT. Laskar Gerhana menjumpai suasana laut mendadak gelap. Dahsyat!
Gerhana matahari total, Rabu (9/3/2016) dinikmati Laskar Gerhana di atas kapal KN Kuda Laut dan KN Gajah Laut milik Bakamla. Para laskar berada di dek paling atas menunggu momen gerhana bersama Ibu Clara Yono Yatini dari LAPAN timnya.
1 Menit menjelang kejadian langit mendadak gelap di tengah lautan. Para laskar pun terkagum-kagum.
"Allahu akbar! Masya Allah! Keren banget! Gila bagus banget!" kata mereka bersahut-sahutan.
Di lautan yang minim awan, langsung muncul dua bintang. "Itu bintang apa Ibu Clara?" tanya para laskar.
"Itu Venus dan Merkurius," jawab Clara.
Gerhana pun lewat dengan cepat. Tapi Laskar Gerhana tidak menyia-nyiakan waktu untuk mengambil foto. Jepret! Jepret! Kapan lagi berjumpa gerhana matahari total.
Fenomena alam langka gerhana matahari total (GMT) yang terjadi di Palembang menyedot perhatin warga setempat dan turis lokal serta mancanegara. Namun, proses terjadinya gerhana matahari di Palembang sempat tertutup awan gelap.
Sejak Rabu (9/3/2016) subuh, Jembatan Ampera sudah dipadati ribuan pengunjung yang akan menikmati proses tertutupnya matahari oleh bulan. Saat gerhana matahari dimulai sekitar pukul 06.20 WIB, tampak awan hitam menutupi posisi matahari. Awal proses GMT pun tak terlihat dengan jelas.
Sekitar pukul 06.39 WIB hingga 06.41 WIB, bergesernya bulan menutupi matahari bisa dilihat dengan mata telanjang, karena awan hitam sudah menipis.
Namun, hal itu hanya berlangsung selama 2 menit saja. Lalu, awan hitam kembali menutupi proses gerhana matahari. Barulah sekitar pukul 07.07 WIB hingga 07.08 WIB, awan kembali membuka dan terlihat proses gerhana matahari total terjadi.
Lagi-lagi awan hitam kembali menutupi fenomena alam ini dan saat gerhana bulan penuh, hanya terlihat perubahan dari terang ke gelap tanpa bisa dilihat secara keseluruhan bentuk gerhana bulan penuh.
Teriakan syukur langsung berkumandang di atas Jembatan Ampera. Kegelapan Gerhana Bulan penuh selama 1 menit 20 detik pun bisa dirasakan secara langsung di atas jembatan berwarna merah itu. Proses Giant Diamond Ring diawal terbukanya gerhana bulan juga tidak terlihat.
Barulah sekitar pukul 07.40 WIB hingga 07.41 WIB, para pengunjung Jembatan Ampera bisa melihat matahari berbentuk bulan sabit, karena proses menghilangnya gerhana matahari. Dilanjutkan pada pukul 08.07 WIB-08.09 WIB dan 08.12 WIB-08.14 WIB terlihat jelas proses timbul kembalinya matahari penuh. Lalu matahari tertutup awan dan turun rintik gerimis di atas Jembatan Ampera.
Palu
Gerhana matahari total terjadi di Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (9/3/2016) pagi. Langit Palu pun meredup selama 2 menit 15 detik.
Pantauan , tepat pukul 8.40 Wita suasana di Pantai Talisa, Palu seperti saat sore hari menjelang malam. Warga histeris ketika bulan mulai menutup sebagian matahari.
Saat matahari tertutup total oleh bulan, para warga yang menyaksikan bertepuk tangan, berfoto selfie, hingga berdoa. Setelah 2 menit 15 detik langit Palu meredup, matahari mulai menampakan diri.
Keriuhan pun kembali terjadi saat matahari muncul. Selang beberapa detik lagu 'Terlalu Manis' langsung didendangkan grup band Slank.
Warga yang menyaksikan gerhana matahari total di Anjungan Nusantara, Pantai Talise pun langsung berlari mendekat ke panggung Slank.
1.000 Lampion
Untuk memeriahkan nonton bersama fenomena gerhana matahari total, Persatuan Gate Ball Seluruh Indonesia (Pergatsi) membagikan lampoin kepada masyarakat di Pantai Talise, Palu, Sulawesi Tengah. Salah seorang panitia menyebutkan jumlah lampion yang dibagi sebanyak 1.000 dan dibagikan secara gratis.
Lampion terbuat dari kertas kalkir dengan bagian bawah direkatkan dengan papan kecil berisi sumbu. Begitu api di sumbu dinyalakan, lampion mengembang dan menghiasi langit Pantai Talise.
Gerhana matahari dimulai pada pukul 07.29 Wita. Masyarakat pun memandang ke langit menggunakan kacamata khusus dengan optical density 5.
Meski demikian, ada pula beberapa masyarakat yang menggunakan kacamata hitam biasa melihat ke atas. Namun, mereka yang tidak memakai kacamata khusus pun hanya sebentar saja memandang langit karena masih terlalu silau.
GMT pertama terjadi pada 1983 di era Presiden Soeharto. Saat itu, pemerintah melarang warga untuk melihat fenomena alam ini. Diperkirakan fenomena serupa akan terulang pada 2042 mendatang.
Ternate
Gerhana Matahari Total terjadi di Ternate tepat pukul 09.51 WIT. Laskar Gerhana menjumpai suasana laut mendadak gelap. Dahsyat!
Gerhana matahari total, Rabu (9/3/2016) dinikmati Laskar Gerhana di atas kapal KN Kuda Laut dan KN Gajah Laut milik Bakamla. Para laskar berada di dek paling atas menunggu momen gerhana bersama Ibu Clara Yono Yatini dari LAPAN timnya.
1 Menit menjelang kejadian langit mendadak gelap di tengah lautan. Para laskar pun terkagum-kagum.
"Allahu akbar! Masya Allah! Keren banget! Gila bagus banget!" kata mereka bersahut-sahutan.
Di lautan yang minim awan, langsung muncul dua bintang. "Itu bintang apa Ibu Clara?" tanya para laskar.
"Itu Venus dan Merkurius," jawab Clara.
Gerhana pun lewat dengan cepat. Tapi Laskar Gerhana tidak menyia-nyiakan waktu untuk mengambil foto. Jepret! Jepret! Kapan lagi berjumpa gerhana matahari total.
Para Laskar Gerhana saat menanti GMT di atas kapal Bakamla (Foto: Fitraya/detikcom)
|